KIAT
GURU MELAKUKAN PLAGIARISME
(
Dr. Dian Indihadi, M.Pd. )
Plagiarisme
merupakan cara pandang terhadap pelanggaran hak cipta. Salah satu pelanggaran
hak cipta adalah penggunaan gagasan, ide atau pendapat orang lain tanpa
mengakui atau menyebutkan sumber atau pemilik gagasan, ide atau pendapat.
Pelangaran tersebut sering kali ditemukan dalam kegiatan berbahasa tulis ditentukan
oleh penulis dan pembaca melalui cara penyampaian isi atau pesan dalam tulisan.
Pelanggaran
hak cipata dalam berbahasa tulis dapat dibuktikan melalaui pengabaian atau
penghilangan identitas sumber pesan dalam tulisan sehingga tulisan tersebut
seolah-olah menjadi milik penulis padahal bukan. Karena pesan tersebut milik
sumber atau orang lain (kutipan). Pengabaian atau penghilangan sumber kutipan
tersebut diakibatka oleh kekhilafan (kelalaian) dan kesengajaan. Kekhilafan
adalah pelanggaran hak cipta (kutipan) diakibatkan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis atau kecerobohan penulis dalam tata cara (teknik) pengutipan
sumber sehingga terjadi pelanggaran hak cipta. Sedangkan kesengajaan diakibatkan
bukan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis atau tata cara
penulis dalam tata cara pengutipan sumber melainkan penulis sengaja
menghilangkan atau mengabaikan sumber secara sadar sehingga terjadi pelanggaran
hak cipta. Pelanggaran tersebut dapat diidentifikasi melalaui hasil tulisan
yang sudah di publikasikan.
Pembaca
memiliki hak untuk membuat justifikasi terhadap pesan (isi) dalam sebuah
tulisan. Setelah sebuah tulisan dibaca, pembaca memiliki hak untuk membuat
keputusan perihal ada atau tidak ada pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh
penulis. Melalui tata cara penulisan, pembaca dapat menentukan bukti
pelanggaran hak cipta tersebut. Oleh karena itu, pembaca dapat dipandang
sebagai penyebab ada atau tidak ada plagiarisme. Selama pembaca tidak membuat
justifikasi terhadap pesan (isi) tulisan maka pelanggaran hak ciptapun tidak
akan ada, sehingga plagiarisme tidak akan terjadi.
Plagiarisme
dapat dihindari melalui pendidikan. Ingat bahwa pendidikan memiliki fungsi
utama sebagai konservasi budaya dan kreasi budaya. Melalui pendidikan, cipta,
karsa dan karya manusia dapat dikendalikan. Dengan konservasi pendidikan harus
mampu “ngamumule” (melestarikan) cipta, karsa dan karya manusia (budaya) yang
dianggap baik. Dengan kreasi, pendidikan harus mampu “nyiptakeun”
(mengembangkan) cipta, karsa dan karya manusia (budaya) yang dianggap tidak
baik. Guru adalah pelaksana pendidikan. melalui pembelajaran guru dapat
mengimplementasikan kedua fungsi pendidikan tersebut, sehingga peserta didik
yang dihasilkan dapat memenuhi tuntutan kehidupan saat ini. Oleh karena itu,
guru dapat menghindari plagiarisme melalui proses pembelajaran.
Proses
pembelajaran merupakan sebuah model pengujian plagiarisme. Guru maupun siswa
yang ada dalam proses pembelajaran dapat memerankan tokoh pembaca dan penulis.
Dengan peran tokoh tersebut, guru maupun siswa dapat melakukan justifikasi
terhadap pelanggaran hak cipta melalui hasil tulisan atau sumber bacaan. Setiap
pesan yang terdapat dalam tulisan atau sumber tersebut dapat diverifikasi ada
atau tidak ada pelanggaran hak cipta. Guru memiliki peran utama untuk
memerankan tokoh tersebut sehingga tulisan atau bacaan yang digunakan oleh guru
harus sudah tidak memiliki indikasi pelanggaran hak cipta. Demikian juga guru
dapat bertindak tutur dalam pembelajaran harus membebaskan dari hak cipta. Guru
selalu menyebutkan sumber kutipan dalam bertindak, tutur maupun dalam tulisan.
Sehingga pelanggaran hak cipta dapat dihindari.
Selain
itu guru dapat membiasakan siswa bebas dari plagiarisme. Ketika siswa belajar
membaca maupun menulis, siswa dibiasakan untuk menolak pelanggaran hak cipta.
Ketika siswa belajar membaca, siswa dibiasakan untuk menjustifikasi setiap
sumber bacaan ada atau tidak ada pelanggaran hak cipta. Demikian juga pada saat
siswa belajar menulis, siswa tidak melakukan pelanggaran hak cipta tersebut.
Siswa juga dibiasakan pada saat bertindak tutur untuk tidak melakukan
pelanggaran hak cipta. Siswa dibiasakan untuk menyebutkan atau menuliskan
sumber kutipan.
Plagiarisme
masih bisa dilawan melalui pendidikan. guru maupun siswa merupakan kunci
penentu pendidikan dalam mewujudkan tujuan. Apabila pendidikan ditujukan untuk
menghapus plagiarisme, maka guru maupun sisiwa menjadi penentunya.
Penulis
meyakini guru maupun siswa memiliki potensi besar untuk melawan plagiarisme.
Guru lebih berpeluang untuk melakukan perlawanan terhadap plagiarisme melalui
pembelajaran. Adapun kiat guru melawan plagiarisme seperti uraian dalam tulisan
ini. Semoga berhasil, selamat berjuang
Penulis
Dian Indihadi
Dosen PGSD UPI Tasikmalaya
Dosen PGSD UPI Tasikmalaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar